mari...
nikmati sajian teater penggembira dalam rangka acara misa awal tahun ktm...
dikerjakan oleh anggota ktm sel 5 dengan anggota yang berusia 28 tahun sampai 60 tahun...
http://www.4shared.com/mp3/_ePmeQiW/kembalinya_opa_yang_hilang_mp3.html
mohon maaf, saat ini masih berupa format mp3..
video menyusul... :D
Kami adalah anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus, distrik Serpong Sel 5 Gading Serpong Tangerang. Kami melayani sepenuh hati setiap kebutuhan umat Katolik secara khusus dan warga Indonesia secara umum tanpa ada tujuan apapun selain demi kemuliaan Tuhan... hubungi kami untuk pelayanan doa 24 jam 021.92264777 ( Johan ) dan 08979200977 ( Wisnu )
Rabu, 23 Januari 2013
Senin, 14 Januari 2013
Proses Penyembuhan Luka Batin
Pengantar
Seorang gadis menceritakan keluh kesahnya. Dia seringkali diliputi rasa cemas dan bersalah yang berlebihan, setelah melakukan sesuatu yang kurang berkenan di hati orang lain.
Sejujurnya, apa yang telah dilakukannya bukanlah menjadi alasan untuk itu. Jadi, sebenarnya dia terlalu sensitif untuk hal yang demikian, karena hanya sebuah kesalahan yang sangat kecil saja, dia harus “menghukum” dirinya sedemikian rupa.
Teman-temannya sering kali mencoba meyakinkan gadis ini bahwa perbuatan yang dilakukannya bukanlah suatu masalah. Akan tetapi, perasaan tersebut masih saja membebani dia.
Dia menjadi sangat tersiksa sehingga takut bila mendapat suatu tanggungjawab yang cukup besar, karena dia takut mengecewakan orang yang memberikan tanggungjawab tersebut. Dengan demikian, dia harus berjuang untuk menyeimbangkan perasaan dan tanggungjawab yang dijalankannya.
Setelah mengikuti Retret Penyembuhan Batin, baru dia mengetahui bahwa sebenarnya ada “sesuatu” dibalik semua peristiwa yang dialami selama ini.
Usut punya usut, ternyata sewaktu dia berada di dalam kandungan, sang ibu merasa takut hamil lagi, sementara anaknya masih kecil. Sang ibu sangat takut, orang tuanya yang sering turut campur dikeluarganya menjadi marah akibat dia hamil lagi.
Selama masa kehamilan, sang ibu ini selalu diliputi rasa takut dan was-was. Dia selalu berusaha membuat hati orang tua dan mertuanya senang, supaya dia tidak dipersalahkan dengan kehamilannya itu.
Apapun yang dia kerjakan, dibuatnya sesempurna mungkin supaya tidak ada alasan bagi mereka untuk memarahinya. Dia selalu mengorbankan diri sendiri, apapun akan dilakukan supaya tidak dipersalahkan atas kehamilan tersebut.
Semuanya di simpan sendiri dengan rapinya hingga sang suami pun tidak mengetahui perjuangannya. Semuanya dilakukannya secara sempurna dan bila dipandang kurang sempurna dia akan merasa ketakutan, takut mendapat teguran yang pada akhirnya akan mempersalahkan tentang kehamilannya tersebut.
Setelah gadis ini didoakan penyembuhan batin pada masa dalam kandungan, dia mengatakan bahwa ada suatu dalam batinnya yang lepas dari dirinya. Suatu ketenangan dan ketenteraman yang dia rasakan. Hidup terasa menjadi ringan dan tiada beban. Semua tugas-tugas dapat dilakukan dengan ringan dan cepat selesai.
Pengalaman seperti di atas mungkin juga kita alami. Masih banyak lagi pengalaman-pengalaman negatif yang disebabkan oleh luka batin dan menyebabkan efek-efek yang tidak mengenakkan di masa sekarang.
Penyebab luka batin
Setiap kita, manusia, mempunyai alam bawah sadar. Alam bawah sadar, seperti komputer yang dapat merekam segala pengalaman dan peristiwa yang pernah dialami selama hidup di dunia ini, baik peristiwa atau pengalaman yang menyenangkan (positif) maupun yang menyakitkan (negatif).
Masa-masa yang rawan untuk luka batin:
1. Masa dalam Kandungan
Alam bawah sadar sudah dapat merekam sejak kita berada dalam kandungan.
Jadi, apa yang dialami dan dirasakan oleh sang ibu, si janin sudah ikut merasakan dan apa yang dirasakan ini terekam dalam alam bawah sadarnya.
Maka dari itu, apabila sang ibu yang sedang mengandung mendapatkan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya, ini akan mempengaruhi si bayi yang ada dalam kandungan.
Demikian pula bila pada masa kehamilannya dia mendapatkan perlakuan yang kurang wajar ataupun kesedihan-kesedihan yang dialaminya, maka inipun akan sangat berpengaruh bagi si bayi.
Lebih-lebih lagi, bila bayi dalam kandungan mendapat penolakan atau tidak dikehendaki dilahirkan atau malah pernah akan digugurkan tetapi tidak berhasil. Ini sangat-sangat berpengaruh pada si anak nantinya.
Anak yang pada masa dalam kandungan mendapat penolakan seringkali mengakibatkan si anak menjadi pemberontak, penakut, marah tanpa alasan, dan lain sebagainya.
Atau bila si ibu pada masa kehamilannya, dia mengalami tekanan, rasa kuatir dan putus asa, maka si anak juga akan membawa perasaan-perasaan yang dialami si ibu.
2. Masa Kelahiran
Saat kelahiran adalah saat-saat yang singkat tetapi pada saat-saat yang singkat itupun tidak luput dari bebasnya akar luka batin.
Mungkin terjadi kelahiran yang sulit, dan bila terjadi demikian biasanya menjadikan si anak kurang percaya diri, takut tampil di muka umum, atau juga sering merasa bersalah. Atau kelahiran prematur, si anak akan sering merasa minder, tidak berdaya, dan selalu bergantung dengan orang lain.
3. Masa Bayi
Bayi yang seringkali ditinggal oleh orang tuanya (karena kesibukan orang tua) dan diserahkan kepada pembantu, akan membuat si anak mencari perhatian dari orang lain, karena pada waktu bayi kurang perhatian dan kasih sayang sehingga nantinya akan mencari sesuatu yang kurang itu dalam diri orang lain.
4. Masa Kanak-kanak
Masa kanak-kanak juga menjadi masa yang rawan untuk luka batin.
Sebagai contoh, ceritera seorang gadis lagi yang semasa kecilnya seringkali mendengar dan menyaksikan pertengkaran orang tuanya.
Ketika peristiwa tersebut terjadi, dia merasa sangat ketakutan dan sebagai anak-anak dia tidak dapat melakukan apa-apa untuk mencegah pertengkaran itu, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis.
Ternyata peristiwa ini sangat membekas dalam pikiran dan hatinya sehingga pada masa dewasa, bila dia mendengar suatu keributan-keributan dia akan merasa sangat ketakutan dan tak jarang dia akan menangis bila mendengar keributan itu.
Akan tetapi, setelah penyembuhan batin dengan mengampuni kedua orang tua dan peristiwa tersebut, maka dia dilepaskan dari ketakutannya.
5. Masa Remaja atau Dewasa
Masa remaja ataupun masa dewasa (sekarang) pun juga masih dapat menjadi akar dari luka batin. Misalnya seorang yang pernah dilecehkan atau pernah diperkosa.
Trauma dan peristiwa yang menyakitkan itu akan sangat membekas dan bisa membuat dia antipati dengan lawan jenis sehingga dia menjadi takut menikah.
Metode penyembuhan luka batin
Dengan contoh-contoh pengalaman seperti yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa efek dari luka batin selain mempersulit dan mempengaruhi dalam kehidupan bersama orang lain.
Juga, yang paling dapat dirasakan adalah hilangnya kedamaian dalam hati. Melalui penyembuhan luka batin maka kedamaian yang hilang itu akan dapat diperolehnya kembali.
Kedamaian yang sejati adalah yang dari Yesus sendiri, maka dengan penyembuhan batin yang didasarkan atas kasih Allah dan dengan pengucapan syukur kepada-Nya maka akan mengembalikan damai yang dari Yesus yang mengatasi segala persoalan (Fil 4:7).
Penyembuhan tidak akan terjadi hanya dari satu pihak saja. Kedua belah pihak harus ada, yaitu si penderita dan Tuhan sendiri.
Kita tahu pasti bahwa Tuhan selalu terbuka bagi anak-anak-Nya yang datang mohon kesembuhan, jadi tinggal dari pihak yang terluka yang harus bekerjasama dengan rahmat kesembuhan dari Tuhan.
Maka dari itu, dalam penyembuhan ini ada syarat-syarat untuk mendapatkan kesembuhan, syarat tersebut antara lain:
Sebelum memulai doa penyembuhan batin, dicari dahulu akar-akar terdalam dari luka batin yang menjadi induk dari luka batin tersebut.
Setelah ditemukan apa akarnya, bisa berdoa dengan imajinasi iman, yaitu dengan mengenangkan kembali peristiwa pahit yang telah terjadi dalam kehidupannya dan kemudian menghadirkan Yesus dalam peristiwa itu.
Memang cara ini belum tentu semua orang bisa masuk dalam peristiwa pahitnya.
Terlebih bagi yang mempunyai luka yang teramat dalam sehingga sangat sulit dan tidak mampu untuk membayangkannya, kadang baru mulai membayangkan sudah ketakutan pada rasa sakit yang pernah dialaminya itu.
Bagi kasus yang demikian, si pendoa harus mengambil alih dengan memohon kepada Yesus untuk menuntun kembali ke masa lalunya. Pendoa bisa membayangkan kembali peristiwa tersebut bersama Yesus, berdasar dari cerita si penderita dengan berimajinasi dengan suara keras kemudian si penderita mengikuti tuntunan dari si pendoa.
Dalam doa bisa membangkitkan iman si penderita dan iman si penderita sendiri bisa melepaskan kuasa Tuhan untuk penyembuhan.
Metode atau cara penyembuhan batin ini adalah sarana manusiawi yang didasarkan pada suatu pengalaman tertentu, namun metode bukanlah hal yang mutlak harus dilakukan dan dipaksakan, karena pada dasarnya karya penyembuhan adalah merupakan karya Roh Kudus.
Oleh sebab itu, dalam doa penyembuhan batin ini peranan pendoa sebenarnya hanya sebagai katalisator dan sesungguhnya yang menjadi penyembuh adalah Tuhan Yesus sendiri.
Suatu hal yang menarik dan sulit untuk dimengerti dengan pikiran kita manusia adalah ketika penyembuhan berlangsung, ternyata Tuhan tidak saja menjamah dan menyembuhkan si penderita tetapi juga menjamah orang yang melukai penderita sehingga kembali memulihkan hubungan diantara mereka.
Apabila sudah disembuhkan dari luka-luka batinnya maka tidak perlu untuk mengingatnya lagi. Lebih baik mengingat kasih Tuhan yang telah menyembuhkan dan memulihkan, sehingga itu dapat menjadi kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan selanjutnya.
Dikutip dari http://www.carmelia.net
Seorang gadis menceritakan keluh kesahnya. Dia seringkali diliputi rasa cemas dan bersalah yang berlebihan, setelah melakukan sesuatu yang kurang berkenan di hati orang lain.
Sejujurnya, apa yang telah dilakukannya bukanlah menjadi alasan untuk itu. Jadi, sebenarnya dia terlalu sensitif untuk hal yang demikian, karena hanya sebuah kesalahan yang sangat kecil saja, dia harus “menghukum” dirinya sedemikian rupa.
Teman-temannya sering kali mencoba meyakinkan gadis ini bahwa perbuatan yang dilakukannya bukanlah suatu masalah. Akan tetapi, perasaan tersebut masih saja membebani dia.
Dia menjadi sangat tersiksa sehingga takut bila mendapat suatu tanggungjawab yang cukup besar, karena dia takut mengecewakan orang yang memberikan tanggungjawab tersebut. Dengan demikian, dia harus berjuang untuk menyeimbangkan perasaan dan tanggungjawab yang dijalankannya.
Setelah mengikuti Retret Penyembuhan Batin, baru dia mengetahui bahwa sebenarnya ada “sesuatu” dibalik semua peristiwa yang dialami selama ini.
Usut punya usut, ternyata sewaktu dia berada di dalam kandungan, sang ibu merasa takut hamil lagi, sementara anaknya masih kecil. Sang ibu sangat takut, orang tuanya yang sering turut campur dikeluarganya menjadi marah akibat dia hamil lagi.
Selama masa kehamilan, sang ibu ini selalu diliputi rasa takut dan was-was. Dia selalu berusaha membuat hati orang tua dan mertuanya senang, supaya dia tidak dipersalahkan dengan kehamilannya itu.
Apapun yang dia kerjakan, dibuatnya sesempurna mungkin supaya tidak ada alasan bagi mereka untuk memarahinya. Dia selalu mengorbankan diri sendiri, apapun akan dilakukan supaya tidak dipersalahkan atas kehamilan tersebut.
Semuanya di simpan sendiri dengan rapinya hingga sang suami pun tidak mengetahui perjuangannya. Semuanya dilakukannya secara sempurna dan bila dipandang kurang sempurna dia akan merasa ketakutan, takut mendapat teguran yang pada akhirnya akan mempersalahkan tentang kehamilannya tersebut.
Setelah gadis ini didoakan penyembuhan batin pada masa dalam kandungan, dia mengatakan bahwa ada suatu dalam batinnya yang lepas dari dirinya. Suatu ketenangan dan ketenteraman yang dia rasakan. Hidup terasa menjadi ringan dan tiada beban. Semua tugas-tugas dapat dilakukan dengan ringan dan cepat selesai.
Pengalaman seperti di atas mungkin juga kita alami. Masih banyak lagi pengalaman-pengalaman negatif yang disebabkan oleh luka batin dan menyebabkan efek-efek yang tidak mengenakkan di masa sekarang.
Penyebab luka batin
Setiap kita, manusia, mempunyai alam bawah sadar. Alam bawah sadar, seperti komputer yang dapat merekam segala pengalaman dan peristiwa yang pernah dialami selama hidup di dunia ini, baik peristiwa atau pengalaman yang menyenangkan (positif) maupun yang menyakitkan (negatif).
Masa-masa yang rawan untuk luka batin:
1. Masa dalam Kandungan
Alam bawah sadar sudah dapat merekam sejak kita berada dalam kandungan.
Jadi, apa yang dialami dan dirasakan oleh sang ibu, si janin sudah ikut merasakan dan apa yang dirasakan ini terekam dalam alam bawah sadarnya.
Maka dari itu, apabila sang ibu yang sedang mengandung mendapatkan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya, ini akan mempengaruhi si bayi yang ada dalam kandungan.
Demikian pula bila pada masa kehamilannya dia mendapatkan perlakuan yang kurang wajar ataupun kesedihan-kesedihan yang dialaminya, maka inipun akan sangat berpengaruh bagi si bayi.
Lebih-lebih lagi, bila bayi dalam kandungan mendapat penolakan atau tidak dikehendaki dilahirkan atau malah pernah akan digugurkan tetapi tidak berhasil. Ini sangat-sangat berpengaruh pada si anak nantinya.
Anak yang pada masa dalam kandungan mendapat penolakan seringkali mengakibatkan si anak menjadi pemberontak, penakut, marah tanpa alasan, dan lain sebagainya.
Atau bila si ibu pada masa kehamilannya, dia mengalami tekanan, rasa kuatir dan putus asa, maka si anak juga akan membawa perasaan-perasaan yang dialami si ibu.
2. Masa Kelahiran
Saat kelahiran adalah saat-saat yang singkat tetapi pada saat-saat yang singkat itupun tidak luput dari bebasnya akar luka batin.
Mungkin terjadi kelahiran yang sulit, dan bila terjadi demikian biasanya menjadikan si anak kurang percaya diri, takut tampil di muka umum, atau juga sering merasa bersalah. Atau kelahiran prematur, si anak akan sering merasa minder, tidak berdaya, dan selalu bergantung dengan orang lain.
3. Masa Bayi
Bayi yang seringkali ditinggal oleh orang tuanya (karena kesibukan orang tua) dan diserahkan kepada pembantu, akan membuat si anak mencari perhatian dari orang lain, karena pada waktu bayi kurang perhatian dan kasih sayang sehingga nantinya akan mencari sesuatu yang kurang itu dalam diri orang lain.
4. Masa Kanak-kanak
Masa kanak-kanak juga menjadi masa yang rawan untuk luka batin.
Sebagai contoh, ceritera seorang gadis lagi yang semasa kecilnya seringkali mendengar dan menyaksikan pertengkaran orang tuanya.
Ketika peristiwa tersebut terjadi, dia merasa sangat ketakutan dan sebagai anak-anak dia tidak dapat melakukan apa-apa untuk mencegah pertengkaran itu, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis.
Ternyata peristiwa ini sangat membekas dalam pikiran dan hatinya sehingga pada masa dewasa, bila dia mendengar suatu keributan-keributan dia akan merasa sangat ketakutan dan tak jarang dia akan menangis bila mendengar keributan itu.
Akan tetapi, setelah penyembuhan batin dengan mengampuni kedua orang tua dan peristiwa tersebut, maka dia dilepaskan dari ketakutannya.
5. Masa Remaja atau Dewasa
Masa remaja ataupun masa dewasa (sekarang) pun juga masih dapat menjadi akar dari luka batin. Misalnya seorang yang pernah dilecehkan atau pernah diperkosa.
Trauma dan peristiwa yang menyakitkan itu akan sangat membekas dan bisa membuat dia antipati dengan lawan jenis sehingga dia menjadi takut menikah.
Metode penyembuhan luka batin
Dengan contoh-contoh pengalaman seperti yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa efek dari luka batin selain mempersulit dan mempengaruhi dalam kehidupan bersama orang lain.
Juga, yang paling dapat dirasakan adalah hilangnya kedamaian dalam hati. Melalui penyembuhan luka batin maka kedamaian yang hilang itu akan dapat diperolehnya kembali.
Kedamaian yang sejati adalah yang dari Yesus sendiri, maka dengan penyembuhan batin yang didasarkan atas kasih Allah dan dengan pengucapan syukur kepada-Nya maka akan mengembalikan damai yang dari Yesus yang mengatasi segala persoalan (Fil 4:7).
Penyembuhan tidak akan terjadi hanya dari satu pihak saja. Kedua belah pihak harus ada, yaitu si penderita dan Tuhan sendiri.
Kita tahu pasti bahwa Tuhan selalu terbuka bagi anak-anak-Nya yang datang mohon kesembuhan, jadi tinggal dari pihak yang terluka yang harus bekerjasama dengan rahmat kesembuhan dari Tuhan.
Maka dari itu, dalam penyembuhan ini ada syarat-syarat untuk mendapatkan kesembuhan, syarat tersebut antara lain:
-
Kemauan dari si penderita untuk sembuh. Tuhan sendiri tidak dapat memaksakan rahmat kesembuhan bagi seseorang (lih. Yoh 5:6).
-
Semangat untuk mengampuni, karena orang yang tidak mau mengampuni berarti menghalangi rahmat Allah. Pengampunan adalah syarat mutlak untuk mendapatkan penyembuhan (lih. Mrk 11:25-26). Pengampunan di sini adalah mengampuni orang yang telah melukai hatinya, mengecewakannya, membencinya dan lain-lain. Pengampunan pertama-tama adalah soal keputusan dan bukan perasaan.
-
Bila ada dosa, pertama-tama si penderita harus diajak untuk bertobat terlebih dahulu dan dia harus mempunyai keinginan untuk bertobat karena dosa dapat menghalangi karya Tuhan.
-
Memiliki iman, meski kadang-kadang hal ini tidak mutlak, karena adakalanya Yesus juga menyembuhkan orang yang belum memiliki iman. Hal ini dilakukan oleh Yesus agar nama Bapa dimuliakan melalui karya penyembuhan tersebut.
Sebelum memulai doa penyembuhan batin, dicari dahulu akar-akar terdalam dari luka batin yang menjadi induk dari luka batin tersebut.
Setelah ditemukan apa akarnya, bisa berdoa dengan imajinasi iman, yaitu dengan mengenangkan kembali peristiwa pahit yang telah terjadi dalam kehidupannya dan kemudian menghadirkan Yesus dalam peristiwa itu.
Memang cara ini belum tentu semua orang bisa masuk dalam peristiwa pahitnya.
Terlebih bagi yang mempunyai luka yang teramat dalam sehingga sangat sulit dan tidak mampu untuk membayangkannya, kadang baru mulai membayangkan sudah ketakutan pada rasa sakit yang pernah dialaminya itu.
Bagi kasus yang demikian, si pendoa harus mengambil alih dengan memohon kepada Yesus untuk menuntun kembali ke masa lalunya. Pendoa bisa membayangkan kembali peristiwa tersebut bersama Yesus, berdasar dari cerita si penderita dengan berimajinasi dengan suara keras kemudian si penderita mengikuti tuntunan dari si pendoa.
Dalam doa bisa membangkitkan iman si penderita dan iman si penderita sendiri bisa melepaskan kuasa Tuhan untuk penyembuhan.
Metode atau cara penyembuhan batin ini adalah sarana manusiawi yang didasarkan pada suatu pengalaman tertentu, namun metode bukanlah hal yang mutlak harus dilakukan dan dipaksakan, karena pada dasarnya karya penyembuhan adalah merupakan karya Roh Kudus.
Oleh sebab itu, dalam doa penyembuhan batin ini peranan pendoa sebenarnya hanya sebagai katalisator dan sesungguhnya yang menjadi penyembuh adalah Tuhan Yesus sendiri.
Suatu hal yang menarik dan sulit untuk dimengerti dengan pikiran kita manusia adalah ketika penyembuhan berlangsung, ternyata Tuhan tidak saja menjamah dan menyembuhkan si penderita tetapi juga menjamah orang yang melukai penderita sehingga kembali memulihkan hubungan diantara mereka.
Apabila sudah disembuhkan dari luka-luka batinnya maka tidak perlu untuk mengingatnya lagi. Lebih baik mengingat kasih Tuhan yang telah menyembuhkan dan memulihkan, sehingga itu dapat menjadi kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan selanjutnya.
Dikutip dari http://www.carmelia.net
"Doa Penyembuhan Luka Batin dalam Tidur"
( DIDOAKAN SEBELUM TIDUR )
Tuhan Yesus, melalui kuasa Roh Kudus hadirlah pada masa laluku sementara aku tidur.
Sembuhkanlah
segala luka dalam batinku yang pernah kualami, luka karena kurang kasih
dari orang tua dan sesama, luka karena pelecehan, luka karena
penghinaan.
Biarlah dengan darahMU Kau jadikan aku utuh kembali.
Semua hubungan persaudaraan yang sudah rusak dengan keluargaku mau pun dengan saudaraku, sembuhkanlah ya Tuhan.
Dari segala ketakutan, kecemasan, kegelisahan, keputus-asaan, sembuhkanlah aku.
Hadirlah Engkau ya Tuhan, supaya aku bisa mengampuni diriku sendiri, mengampuni sesamaku, mengampuni situasi yang menyakitkan.
Bantulah
aku ya Tuhan supaya aku dapat mengambil akar pahit yang ada dalam
hidupku dan isilah hatiku dengan kasihMU dalam tidurku malam ini.
Terima kasih Tuhan dan berkatilah aku.
Bapa kami 1X
Salam Maria 3X
*diambil dari berbagai sumber
Jumat, 11 Januari 2013
DOA YESUS
I. APAKAH DOA ITU ?
Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan. Dalam doa kita masuk dalam keheningan dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita.
Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya sendiri. Ia begitu mengasihi kita dan Ia ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah sendiri. Dalam Kristus Bapa menawarkan cintaNya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki persekutuan hidup denganNya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada kita. Agar supaya kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya, Allah telah mengutus RohNya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26)
II. YESUS ADALAH TELADAN KITA DALAM BERDOA
Yesus adalah pendoa yang sejati. Dalam seluruh hidupNya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan BapaNya. Kita melihat dalam Injil : Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35); Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-muridNya (Luk 9:28-30); dalam pelayananNya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit, mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajalNya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubunganNya yang mesra dengan Allah Bapa.
Semakin Yesus bergaul mesra dengan BapaNya, semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa, seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34 “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” dan dalam Yoh 5:19 “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”
Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubunganNya yang mesra dengan BapaNya ini. Ia mengutus RohNya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anak-anakNya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:2).
III. INTI DOA YESUS
Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus. Itulah sebabnya disebut doa Yesus. Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk mengenal dan mengalami kasihNya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam nama suci itu.
Doa ini bersandar pada kekuatan nama Allah. “Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” (Kis 2:21, Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Yesus yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiranNya. Nama Yesus itu akan menyelamatkan, menyembuhkan, menyucikan kita.
IV. RUMUSAN DOA YESUS
Secara konkrit rumusan doa Yesus berbunyi : “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku.” Ada pula yang memakai rumusan : “ Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38). Ada pula yang memakai seruan si pemungut cukai : “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Tuhan Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja.
Kata-katanya dapat berbeda beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja. Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang tidak berguna serta menceraiberaikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh dalam bidang ini.
V. LATIHAN PENYADARAN
Seringkali orang sukar sekali berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya ia dapat memasuki doa yang lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Dalam latihan penyadaran itu kita dapat mengarahkan diri pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh kulit, menyadari pernafasan dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi. Latihan ini sebaiknya dilakukan di luar doa Yesus. Kalau dipakai di dalamnya juga, baiklah secara singkat saja, 2-3 menit sudah cukup.
VI. DOA DAN PERNAPASAN
Doa ini dapat dimulai dengan bantuan tasbih. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh, misalnya mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan, menunggu antrian dokter, dll.
Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya : waktu menarik napas, kita mendoakan: “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas, kita menyerukan : “kasihanilah aku.” Rumusan ini dapat pula lebih pendek: “Tuhan” dan “Yesus” saja, bahkan hanya nama Yesus saja, “Ye—sus” atau “Ye—su.”
Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang dan menemukan damai. Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ide-ide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, sehingga terciptalah harmoni.
VII. HALANGAN-HALANGAN DOA
Menurut St. Theresa dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati. Kita tidak boleh menyimpan jimat, belajar ilmu gaib / bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa gelap / perdukunan / tukang ramal / dosa. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan, minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahimanNya / belas kasihanNya.
VIII. MOTIVASI BERDOA
Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa Yesus hendaknya merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah, yang diungkapkan dengan persembahan waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, atau pemborosan waktu bagiNya, sebab Dia pantas dicintai demi diriNya sendiri.
Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir kepada Allah yang dirindukan oleh jiwa kita. Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga, sebab dalam keheningan dan ketenangan Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa mengetahui bagaimana caranya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.
IX. GEJALA-GEJALA YANG KADANG-KADANG MENYERTAI DALAM DOA
Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala-gejala seperti : badan bergoyang ke depan / belakang / samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat / dingin, dll. Pengalaman-pengalaman tersebut tidak usah diperhatikan. Janganlah kita mencari pengalaman-pengalaman dalam doa. Kalau ada pengalaman, kita sepantasnya bersyukur; kalau tidak ada pengalaman, kita juga tetap bersyukur sebab dalam doa kita tidak mencari hiburan / pengalaman melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita.
X. BUAH-BUAH DOA YESUS
1. Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, manusia terpecah belah, pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam (susah-senang, sakit hati, cinta-dendam) dan kemauan menjadi lemah. Dalam Tradisi Gereja Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi, dengan pikiran yang mengulang-ulang nama Yesus dan hati yang terpusat kepada Allah, pribadi kita akan menjadi utuh kembali, daya perhatian dan konsentrasi kita diperbesar serta ingatan kita menjadi lebih kuat.
2. Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati dan pikiran tenang dan damai, suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada Roh Kudus, buah-buah Roh (Gal 5:22) juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Bila doa Yesus dilakukan dengan tekun dan setia, doa ini akan menghantar kita kepada kontemplasi yang murni, karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu arah, yaitu kehadiran Yesus. Pelanturan sedikit demi sedikit berkurang, dan pada akhirnya hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan kita akan berdoa dalam roh dan kebenaran serta mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk berkembang secara rohani. Di sini kita dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis / kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur, dan mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini kita akan dipenuhi oleh kebahagiaan akan kehadiran Allah serta mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam hidup ini. Kita dibebaskan dari segala macam kerisauan serta lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan. Budi kita akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga kita akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun dalam karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
4. Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan membantu kesehatan kita.
XI. KEHENINGAN DAN KONTEMPLASI
Bila suatu saat kita merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, turutilah dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus, asalkan dalam diam itu kita secara samar-samar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini janganlah takut untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan serta membebaskan kita dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri kita. Tanpa tahu bagaimana caranya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang.
Doa Yesus dapat mengahantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari kata ‘contemplare’ yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat / perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteriNya. Kita memandangNya dengan sikap iman penuh kekaguman seraya menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah, sehingga kita tidak menemukan kata-kata lagi dan satu-satunya sikap yang pantas hanyalah diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Kita membiarkan diri diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendakNya.
XII. SIKAP TUBUH DALAM DOA YESUS
1. Duduklah di atas dingklik / kursi / bantal doa atau duduklah bersila.
2. Usahakan supaya punggung tegak dan pandangan lurus kedepan.
3. Letakkan tangan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup.
4. Pejamkan mata.
5. Bernafaslah biasa.
Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan. Dalam doa kita masuk dalam keheningan dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita.
Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya sendiri. Ia begitu mengasihi kita dan Ia ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah sendiri. Dalam Kristus Bapa menawarkan cintaNya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki persekutuan hidup denganNya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada kita. Agar supaya kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya, Allah telah mengutus RohNya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26)
II. YESUS ADALAH TELADAN KITA DALAM BERDOA
Yesus adalah pendoa yang sejati. Dalam seluruh hidupNya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan BapaNya. Kita melihat dalam Injil : Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35); Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-muridNya (Luk 9:28-30); dalam pelayananNya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit, mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajalNya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubunganNya yang mesra dengan Allah Bapa.
Semakin Yesus bergaul mesra dengan BapaNya, semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa, seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34 “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” dan dalam Yoh 5:19 “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”
Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubunganNya yang mesra dengan BapaNya ini. Ia mengutus RohNya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anak-anakNya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:2).
III. INTI DOA YESUS
Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus. Itulah sebabnya disebut doa Yesus. Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk mengenal dan mengalami kasihNya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam nama suci itu.
Doa ini bersandar pada kekuatan nama Allah. “Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” (Kis 2:21, Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Yesus yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiranNya. Nama Yesus itu akan menyelamatkan, menyembuhkan, menyucikan kita.
IV. RUMUSAN DOA YESUS
Secara konkrit rumusan doa Yesus berbunyi : “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku.” Ada pula yang memakai rumusan : “ Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38). Ada pula yang memakai seruan si pemungut cukai : “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Tuhan Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja.
Kata-katanya dapat berbeda beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja. Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang tidak berguna serta menceraiberaikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh dalam bidang ini.
V. LATIHAN PENYADARAN
Seringkali orang sukar sekali berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya ia dapat memasuki doa yang lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Dalam latihan penyadaran itu kita dapat mengarahkan diri pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh kulit, menyadari pernafasan dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi. Latihan ini sebaiknya dilakukan di luar doa Yesus. Kalau dipakai di dalamnya juga, baiklah secara singkat saja, 2-3 menit sudah cukup.
VI. DOA DAN PERNAPASAN
Doa ini dapat dimulai dengan bantuan tasbih. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh, misalnya mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan, menunggu antrian dokter, dll.
Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya : waktu menarik napas, kita mendoakan: “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas, kita menyerukan : “kasihanilah aku.” Rumusan ini dapat pula lebih pendek: “Tuhan” dan “Yesus” saja, bahkan hanya nama Yesus saja, “Ye—sus” atau “Ye—su.”
Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang dan menemukan damai. Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ide-ide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, sehingga terciptalah harmoni.
VII. HALANGAN-HALANGAN DOA
Menurut St. Theresa dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati. Kita tidak boleh menyimpan jimat, belajar ilmu gaib / bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa gelap / perdukunan / tukang ramal / dosa. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan, minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahimanNya / belas kasihanNya.
VIII. MOTIVASI BERDOA
Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa Yesus hendaknya merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah, yang diungkapkan dengan persembahan waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, atau pemborosan waktu bagiNya, sebab Dia pantas dicintai demi diriNya sendiri.
Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir kepada Allah yang dirindukan oleh jiwa kita. Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga, sebab dalam keheningan dan ketenangan Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa mengetahui bagaimana caranya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.
IX. GEJALA-GEJALA YANG KADANG-KADANG MENYERTAI DALAM DOA
Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala-gejala seperti : badan bergoyang ke depan / belakang / samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat / dingin, dll. Pengalaman-pengalaman tersebut tidak usah diperhatikan. Janganlah kita mencari pengalaman-pengalaman dalam doa. Kalau ada pengalaman, kita sepantasnya bersyukur; kalau tidak ada pengalaman, kita juga tetap bersyukur sebab dalam doa kita tidak mencari hiburan / pengalaman melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita.
X. BUAH-BUAH DOA YESUS
1. Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, manusia terpecah belah, pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam (susah-senang, sakit hati, cinta-dendam) dan kemauan menjadi lemah. Dalam Tradisi Gereja Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi, dengan pikiran yang mengulang-ulang nama Yesus dan hati yang terpusat kepada Allah, pribadi kita akan menjadi utuh kembali, daya perhatian dan konsentrasi kita diperbesar serta ingatan kita menjadi lebih kuat.
2. Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati dan pikiran tenang dan damai, suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada Roh Kudus, buah-buah Roh (Gal 5:22) juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Bila doa Yesus dilakukan dengan tekun dan setia, doa ini akan menghantar kita kepada kontemplasi yang murni, karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu arah, yaitu kehadiran Yesus. Pelanturan sedikit demi sedikit berkurang, dan pada akhirnya hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan kita akan berdoa dalam roh dan kebenaran serta mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk berkembang secara rohani. Di sini kita dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis / kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur, dan mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini kita akan dipenuhi oleh kebahagiaan akan kehadiran Allah serta mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam hidup ini. Kita dibebaskan dari segala macam kerisauan serta lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan. Budi kita akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga kita akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun dalam karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
4. Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan membantu kesehatan kita.
XI. KEHENINGAN DAN KONTEMPLASI
Bila suatu saat kita merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, turutilah dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus, asalkan dalam diam itu kita secara samar-samar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini janganlah takut untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan serta membebaskan kita dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri kita. Tanpa tahu bagaimana caranya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang.
Doa Yesus dapat mengahantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari kata ‘contemplare’ yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat / perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteriNya. Kita memandangNya dengan sikap iman penuh kekaguman seraya menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah, sehingga kita tidak menemukan kata-kata lagi dan satu-satunya sikap yang pantas hanyalah diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Kita membiarkan diri diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendakNya.
XII. SIKAP TUBUH DALAM DOA YESUS
1. Duduklah di atas dingklik / kursi / bantal doa atau duduklah bersila.
2. Usahakan supaya punggung tegak dan pandangan lurus kedepan.
3. Letakkan tangan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup.
4. Pejamkan mata.
5. Bernafaslah biasa.
Sumber: PPAT1, Komunitas Tritunggal Mahakudus, www.holytrinitycarmel.com
LECTIO DIVINA
I. PENDAHULUAN
Istilah Lectio Divina berasal dari Origenes. Menurut asal usulnya Lectio Divina adalah pembacaan Kitab Suci oleh orang-orang Kristiani untuk memupuk iman, harapan dan kasih. Lectio Divina sudah setua Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan tergantung dari padanya seperti air dari sumber (Dei Verbum 7,10,21).
Pada awalnya tidak ada pembacaan yang diorganisir dan metodis, melainkan tradisi sendiri yang diteruskan dari generasi ke generasi, lewat praktek umat Kristiani. Sistematisasi Lectio Divina dalam empat jenjang baru terjadi pada abad XII. Pada sekitar tahun 1150 Guigo, seorang rahib, mengajukan teori empat jenjang dalam pembacaan Kitab Suci. Hal ini didapatkannya ketika suatu kali tiba-tiba nampak dalam budinya empat tangga jenjang rohani yaitu: pembacaan, meditasi, doa dan kontemplasi. Ini adalah tangga yang dinaiki para rahib dari bumi ke surga. Jenjangnya hanya sedikit tetapi luar biasa tingginya dengan ujung bawah tegak di atas bumi dan ujung atas menerobos awan-awan mencari rahasia surga. Setiap jenjang ini menghasilkan efek yang khas dalam diri orang yang membaca Kitab Suci.
II. TUJUAN LECTIO DIVINA
Kita mencoba untuk mencapai apa yang dikatakan Kitab Suci: “Sabda sangat dekat padamu, dalam mulutmu dan dalam hatimu, untuk kamu laksanakan” (Ul 30:14). Dalam mulut lewat pembacaan, dalam hati lewat meditasi dan doa, dan pelaksanaannya dalam hidup lewat iman yang dikuatkan oleh kontemplasi.
Tujuan Lecito Divina adalah tujuan Kitab Suci sendiri yaitu:
* Memperoleh hikmat yang dapat membawa kepada keselamatan karena iman akan Yesus Kristus (bdk. 2 Tim 3:15).
* Mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran dan dengan demikian membimbing umat Allah untuk segala pekerjaan baik (bdk. 2 Tim 3:16-17).
* Membantu kita belajar dari kesalahan pendahulu-pendahulu kita agar tidak jatuh dalam kesalahan / dosa yang serupa (bdk. 1 Kor 10:6-10).
III. EMPAT LANGKAH LECTIO DIVINA
Empat jenjang Lectio Divina adalah: pembacaan, meditasi, doa, kontemplasi. Tidak selalu mudah membedakan yang satu dari yang lain. Apa yang dikatakan beberapa orang tentang pembacaan, oleh yang lain dapat dikenakan pada meditasi, dsb. Sikap membaca misalnya dapat berlangsung juga selama meditasi. Keempat sikap itu ada dan berlangsung bersama sepanjang seluruh proses lectio divina, meskipun intensitasnya berbeda sesuai dengan jenjang yang dicapat seseorang.
III.1. Langkah Pertama: Pembacaan (Lectio)
Pembacaan berarti mempelajari Kitab Suci dengan kerajinan dan perhatian besar. Dengan membaca dengan jelas, perlahan-lahan dan lantang kita menempatkan Sabda Allah di mulut kita, seperti menempatkan makanan pada mulut kita. Membaca merupakan titik awal. Langkah ini membuat pembaca berpijak di bumi. Hal ini perlu sebagai persiapan untuk meditasi dan dialog dengan Tuhan, agar meditasi bukanlah hanya buah khayalan belaka namun berdasarkan teks Kitab Suci dan realitas. Membaca dengan penuh perhatian membantu agar teks Kitab Suci tidak dimanipulasi dan disempitkan menurut pendapat dan keinginan kita sendiri. Karena teks mempunyai arti dalam dirinya sendiri tak tergantung pada orang yang membacanya. Dalam hal inilah sumbangan studi Kitab Suci muncul untuk membantu Lectio Divina yang baik. Kita perlu mengenal teks dalam rangka konteksnya.
Catatan:
Bagi yang mampu, baiklah mengikuti studi Kitab Suci yang membahas aspek literer, historis dan teologis, tetapi dalam hal ini harus waspada terhadap tafsiran yang rasionalistik tanpa iman, yang sering masih dijumpai dalam studi-studi Kitab Suci. Di samping itu perlu disadari, bahwa untuk dapat melakukan lectio divina tidak mutlak harus melakukan studi ilmiah dan kecuali itu hendaknya disadari pula, bahwa semua itu bukan tujuan lectio divina, melainkan hanya sarana dan bantuan untuk mencapai tujuan.
Langkah pertama ini mau menjawab pertanyaan: apa yang dikatakan teks?
Membaca teks bagi kita haruslah dengan penuh perhatian dan hormat karena setiap kata berasal dari Allah. Tuhanlah yang memberikan sabda itu kepada kita dengan cara yang sangat pribadi. Mengingat-ingat Sabda adalah juga berarti mengingat Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus.
Membaca teks berulang kali bagi diri sendiri sehingga hati kita terpusat pada Sabda sudah mengarah pada doa batin. Bila ada gagasan atau kalimat atau kata yang menarik perhatian kita, hendaklah berhenti di situ.
Pembacaan harus membuat kita menjadi akrab dengan teks sampai pada titik dimana teks menjadi kata-kata kita sendiri. Kasianus berkata: “Diresapi dengan perasaan yang sama dengan yang meresapi penulisan teks, sehingga seakan-akan kita menjadi penulis-penulisnya”. Saat itulah kita dapat mengetahui bahwa Allah mencoba mengatakan sesuatu kepada kita. Pada saat itu kita menundukkan kepala, menjadi hening dan membuka pendengaran kita: “Aku mau mendengarkan apa yang dikatakan Allah, Tuhan” (Mzm 85:9). Pada saat itulah pembacaan berubah menjadi meditasi dan bergerak menuju langkah kedua yaitu meditasi.
III. 2. Langkah Kedua: Meditasi (Meditatio)
Jika langkah pertama mau menjawab pertanyaan: “Apa yang dikatakan teks?”, maka meditasi mau menjawab pertanyaan: “Apa yang dikatakan teks kepada kita saat ini, di sini, di tempat ini?”.
Begitu kita sudah menempatkan Sabda Allah ini dalam mulut kita dan mulai mengu-nyahnya, maka kita sudah mulai bermeditasi berdasarkan teks tersebut. Meditasi berarti memamah, mengunyah Sabda dan berdiam dengan tenang menikmati setiap potong Sabda untuk menyarikan maknanya.
Berdialoglah dengan teks melalui pertanyaan reflektif misalnya: apakah persamaan dan perbedaan situasi yang ada pada teks dan sekarang? Konflik yang ada dalam teks dan juga menjadi konflik pada situasi sekarang ini? Apakah pesan teks untuk situasi sekarang? Perubahan sikap apa yang disarankan teks bagiku? Hal apa yang menurut teks harus tumbuh dalam diriku? dls. Setiap kata dari teks hendaklah ditujukan pada diri sendiri. Penting kita perhatikan bahwa langkah ini adalah proses intuitif, sehingga kita dapat melakukannya seperti sedang membaca surat cinta berulang-ulang. Setiap kata begitu dinikmati dan menjadi bagian dirinya. Seorang yang membaca surat dari kekasihnya bahkan hafal kalimat-kalimat yang tertulis itu.
Orang yang bermeditasi merenungkan dan merasakan kebenaran yang tersembunyi dalam Sabda Allah dan menjadikannya sebagai kebijaksanaan dalam hidupnya. Merenungkan tidak berarti terus-menerus berpikir-pikir tentang teks itu, melainkan lebih meresap-resapkannya dengan mengulang-ulang teks tersebut, sampai artinya meresap ke dalam hati kita. Bermeditasi ini pada hakikatnya mendengarkan kata-kata yang dibaca secara berulang-ulang untuk menemukan makna yang terkandung dalam Sabda tersebut.
Sulit menentukan dengan tegas pada saat mana orang beralih dari meditasi ke doa sebagaimana kita sulit mengatakan dengan tepat bilamana orang beralih dari masa remaja ke masa dewasa. Namun ada patokan yang dapat digunakan. Meditasi membuat makna teks itu terbuka bagi kita dan relevan dengan situasi sekarang dan memberi gambaran akan apa yang diminta Allah dari kita. Bila kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diminta Allah, tibalah saatnya kita bertanya: Sekarang apa yang hendak kukatakan kepada Allah? Apakah aku menerima atau tidak? Bila yang diminta Allah pada kita menjadi jelas, maka menjadi jelas juga segala keterbatasan, hambatan dan ketidakmampuan kita. Pada saat itu dapatlah kita memohon kepada-Nya: “Tuhan, bangkitlah, bantulah kami” (Mzm 44:27). Dengan kata lain, meditasi ini adalah benih doa.
Santa Teresia Avila menambahkan unsur penting untuk membantu bermeditasi yaitu: menempatkan diri kita di dalam hadirat Tuhan. Santa Teresia mengajar kita untuk menyadari kehadiran Tuhan yang amat dekat pada kita.
III.3. Langkah Ketiga: Berdoa (Oratio)
Dalam membaca kita bertanya: “Apa yang dikatakan teks?”. Dalam meditasi kita bertanya: “Apa yang dikatakan teks kepadaku?”. Sedangkan dalam berdoa kita bertanya: “Aku diajak teks mengatakan apa kepada Allah?”
Dalam langkah ketiga ini kita memberi tanggapan dan mengungkapkan di hadirat Allah, apa yang dibangkitkan dalam diri kita oleh Sabda yang telah kita renungkan. Berdoa adalah tanggapan yang muncul dari hati kita atas Sabda Tuhan. Doa ini dapat berupa permohonan, pujian, syukur atau penyesalan. Kita dapat mengungkapkan doa kita dalam suatu percakapan dengan Yesus atau Bapa, boleh juga kadang-kadang dengan Roh Kudus, secara spontan, seperti seorang sahabat yang berbicara dengan sahabatnya yang mengasihi dia, seperti yang diungkapkan Santa Teresa Avila. Percakapan ini hendaknya spontan, sederhana, wajar, tanpa dibuat-buat. Supaya tidak menjadi monolog, doa ini harus bermuara dalam kontemplasi.
III.4. Langkah Keempat: Kontemplasi (Contemplatio)
Bila pembacaan Sabda berulang-ulang meletakkan Sabda pada bibir kita, meditasi menempatkan Sabda dalam pikiran kita, berdoa menempatkan Sabda pada hati kita, maka dengan bantuan rahmat Tuhan, kontemplasi mengukirkan Sabda pada roh kita.
Kontemplasi berasal dari kata latin “contemplari”, yang berarti memandang. Doa kita berubah dari suatu percakapan menjadi suatu pandangan kasih dalam iman, dalam keheningan, tanpa kata-kata, tanpa gagasan. Bila pada awalnya saat-saat kontemplasi ini hanya singkat saja, lama kelamaan, bila kita setia, saat-saat itu dapat menjadi lebih panjang dan bila Tuhan berkenan, orang bahkan ditarik ke dalam keheningan yang besar dan keterserapan dalam Allah. Dalam keheningan dan kedamaian inilah Allah mencurahkan kasih dan kebijaksanaan-Nya. Walaupun demikian janganlah memaksa tinggal dalam keheningan itu bila tidak ditarik dari dalam, sebab kalau demikian keheningan itu menjadi kekosongan yang steril. Sebaliknya bila orang ditarik ke dalam keheningan dari dalam, janganlah takut, sebab itu sungguh suatu rahmat yang besar.
Kita bisa tetap diam tenang pada inti terdalam jiwa, menunggu, memandang dan merasakan kehadiranNya yang melampaui kata-kata. Kita berjumpa dengan Sang Sabda sendiri. Kita diangkat untuk mengenal Dia yang sudah lebih dulu mengenal kita sedalam-dalamnya. Kita diangkat untuk mencintai dan dicintai dalam kekuatan Roh yang berdoa di dalam diri kita. Dengan memasuki suatu cahaya yang baru kita mengalami transformasi. Kita telah sampai pada sumber air hidup dan diberi minum secara cuma-cuma dari Sang Penyelamat kita.
Bila kita mulai keluar lagi dari keheningan, artinya tidak terpusat lagi, kita dapat mulai lagi proses dari awal, dari langkah I dan seterusnya, atau dapat juga sekedar mengulang-ulangi nama Yesus.
IV. PENUTUP
Dalam melakukan Lectio Divina kita perlu kedisiplinan, ketenangan hati dan tentunya rahmat Tuhan sendiri. Hal terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Sabda melainkan banyak mencinta sebagaimana diucapkan Teresa Avila. Semoga melalui Lectio Divina kita semakin me-ngalami persatuan dengan Tuhan.
Istilah Lectio Divina berasal dari Origenes. Menurut asal usulnya Lectio Divina adalah pembacaan Kitab Suci oleh orang-orang Kristiani untuk memupuk iman, harapan dan kasih. Lectio Divina sudah setua Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan tergantung dari padanya seperti air dari sumber (Dei Verbum 7,10,21).
Pada awalnya tidak ada pembacaan yang diorganisir dan metodis, melainkan tradisi sendiri yang diteruskan dari generasi ke generasi, lewat praktek umat Kristiani. Sistematisasi Lectio Divina dalam empat jenjang baru terjadi pada abad XII. Pada sekitar tahun 1150 Guigo, seorang rahib, mengajukan teori empat jenjang dalam pembacaan Kitab Suci. Hal ini didapatkannya ketika suatu kali tiba-tiba nampak dalam budinya empat tangga jenjang rohani yaitu: pembacaan, meditasi, doa dan kontemplasi. Ini adalah tangga yang dinaiki para rahib dari bumi ke surga. Jenjangnya hanya sedikit tetapi luar biasa tingginya dengan ujung bawah tegak di atas bumi dan ujung atas menerobos awan-awan mencari rahasia surga. Setiap jenjang ini menghasilkan efek yang khas dalam diri orang yang membaca Kitab Suci.
II. TUJUAN LECTIO DIVINA
Kita mencoba untuk mencapai apa yang dikatakan Kitab Suci: “Sabda sangat dekat padamu, dalam mulutmu dan dalam hatimu, untuk kamu laksanakan” (Ul 30:14). Dalam mulut lewat pembacaan, dalam hati lewat meditasi dan doa, dan pelaksanaannya dalam hidup lewat iman yang dikuatkan oleh kontemplasi.
Tujuan Lecito Divina adalah tujuan Kitab Suci sendiri yaitu:
* Memperoleh hikmat yang dapat membawa kepada keselamatan karena iman akan Yesus Kristus (bdk. 2 Tim 3:15).
* Mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran dan dengan demikian membimbing umat Allah untuk segala pekerjaan baik (bdk. 2 Tim 3:16-17).
* Membantu kita belajar dari kesalahan pendahulu-pendahulu kita agar tidak jatuh dalam kesalahan / dosa yang serupa (bdk. 1 Kor 10:6-10).
III. EMPAT LANGKAH LECTIO DIVINA
Empat jenjang Lectio Divina adalah: pembacaan, meditasi, doa, kontemplasi. Tidak selalu mudah membedakan yang satu dari yang lain. Apa yang dikatakan beberapa orang tentang pembacaan, oleh yang lain dapat dikenakan pada meditasi, dsb. Sikap membaca misalnya dapat berlangsung juga selama meditasi. Keempat sikap itu ada dan berlangsung bersama sepanjang seluruh proses lectio divina, meskipun intensitasnya berbeda sesuai dengan jenjang yang dicapat seseorang.
III.1. Langkah Pertama: Pembacaan (Lectio)
Pembacaan berarti mempelajari Kitab Suci dengan kerajinan dan perhatian besar. Dengan membaca dengan jelas, perlahan-lahan dan lantang kita menempatkan Sabda Allah di mulut kita, seperti menempatkan makanan pada mulut kita. Membaca merupakan titik awal. Langkah ini membuat pembaca berpijak di bumi. Hal ini perlu sebagai persiapan untuk meditasi dan dialog dengan Tuhan, agar meditasi bukanlah hanya buah khayalan belaka namun berdasarkan teks Kitab Suci dan realitas. Membaca dengan penuh perhatian membantu agar teks Kitab Suci tidak dimanipulasi dan disempitkan menurut pendapat dan keinginan kita sendiri. Karena teks mempunyai arti dalam dirinya sendiri tak tergantung pada orang yang membacanya. Dalam hal inilah sumbangan studi Kitab Suci muncul untuk membantu Lectio Divina yang baik. Kita perlu mengenal teks dalam rangka konteksnya.
Catatan:
Bagi yang mampu, baiklah mengikuti studi Kitab Suci yang membahas aspek literer, historis dan teologis, tetapi dalam hal ini harus waspada terhadap tafsiran yang rasionalistik tanpa iman, yang sering masih dijumpai dalam studi-studi Kitab Suci. Di samping itu perlu disadari, bahwa untuk dapat melakukan lectio divina tidak mutlak harus melakukan studi ilmiah dan kecuali itu hendaknya disadari pula, bahwa semua itu bukan tujuan lectio divina, melainkan hanya sarana dan bantuan untuk mencapai tujuan.
Langkah pertama ini mau menjawab pertanyaan: apa yang dikatakan teks?
Membaca teks bagi kita haruslah dengan penuh perhatian dan hormat karena setiap kata berasal dari Allah. Tuhanlah yang memberikan sabda itu kepada kita dengan cara yang sangat pribadi. Mengingat-ingat Sabda adalah juga berarti mengingat Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus.
Membaca teks berulang kali bagi diri sendiri sehingga hati kita terpusat pada Sabda sudah mengarah pada doa batin. Bila ada gagasan atau kalimat atau kata yang menarik perhatian kita, hendaklah berhenti di situ.
Pembacaan harus membuat kita menjadi akrab dengan teks sampai pada titik dimana teks menjadi kata-kata kita sendiri. Kasianus berkata: “Diresapi dengan perasaan yang sama dengan yang meresapi penulisan teks, sehingga seakan-akan kita menjadi penulis-penulisnya”. Saat itulah kita dapat mengetahui bahwa Allah mencoba mengatakan sesuatu kepada kita. Pada saat itu kita menundukkan kepala, menjadi hening dan membuka pendengaran kita: “Aku mau mendengarkan apa yang dikatakan Allah, Tuhan” (Mzm 85:9). Pada saat itulah pembacaan berubah menjadi meditasi dan bergerak menuju langkah kedua yaitu meditasi.
III. 2. Langkah Kedua: Meditasi (Meditatio)
Jika langkah pertama mau menjawab pertanyaan: “Apa yang dikatakan teks?”, maka meditasi mau menjawab pertanyaan: “Apa yang dikatakan teks kepada kita saat ini, di sini, di tempat ini?”.
Begitu kita sudah menempatkan Sabda Allah ini dalam mulut kita dan mulai mengu-nyahnya, maka kita sudah mulai bermeditasi berdasarkan teks tersebut. Meditasi berarti memamah, mengunyah Sabda dan berdiam dengan tenang menikmati setiap potong Sabda untuk menyarikan maknanya.
Berdialoglah dengan teks melalui pertanyaan reflektif misalnya: apakah persamaan dan perbedaan situasi yang ada pada teks dan sekarang? Konflik yang ada dalam teks dan juga menjadi konflik pada situasi sekarang ini? Apakah pesan teks untuk situasi sekarang? Perubahan sikap apa yang disarankan teks bagiku? Hal apa yang menurut teks harus tumbuh dalam diriku? dls. Setiap kata dari teks hendaklah ditujukan pada diri sendiri. Penting kita perhatikan bahwa langkah ini adalah proses intuitif, sehingga kita dapat melakukannya seperti sedang membaca surat cinta berulang-ulang. Setiap kata begitu dinikmati dan menjadi bagian dirinya. Seorang yang membaca surat dari kekasihnya bahkan hafal kalimat-kalimat yang tertulis itu.
Orang yang bermeditasi merenungkan dan merasakan kebenaran yang tersembunyi dalam Sabda Allah dan menjadikannya sebagai kebijaksanaan dalam hidupnya. Merenungkan tidak berarti terus-menerus berpikir-pikir tentang teks itu, melainkan lebih meresap-resapkannya dengan mengulang-ulang teks tersebut, sampai artinya meresap ke dalam hati kita. Bermeditasi ini pada hakikatnya mendengarkan kata-kata yang dibaca secara berulang-ulang untuk menemukan makna yang terkandung dalam Sabda tersebut.
Sulit menentukan dengan tegas pada saat mana orang beralih dari meditasi ke doa sebagaimana kita sulit mengatakan dengan tepat bilamana orang beralih dari masa remaja ke masa dewasa. Namun ada patokan yang dapat digunakan. Meditasi membuat makna teks itu terbuka bagi kita dan relevan dengan situasi sekarang dan memberi gambaran akan apa yang diminta Allah dari kita. Bila kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diminta Allah, tibalah saatnya kita bertanya: Sekarang apa yang hendak kukatakan kepada Allah? Apakah aku menerima atau tidak? Bila yang diminta Allah pada kita menjadi jelas, maka menjadi jelas juga segala keterbatasan, hambatan dan ketidakmampuan kita. Pada saat itu dapatlah kita memohon kepada-Nya: “Tuhan, bangkitlah, bantulah kami” (Mzm 44:27). Dengan kata lain, meditasi ini adalah benih doa.
Santa Teresia Avila menambahkan unsur penting untuk membantu bermeditasi yaitu: menempatkan diri kita di dalam hadirat Tuhan. Santa Teresia mengajar kita untuk menyadari kehadiran Tuhan yang amat dekat pada kita.
III.3. Langkah Ketiga: Berdoa (Oratio)
Dalam membaca kita bertanya: “Apa yang dikatakan teks?”. Dalam meditasi kita bertanya: “Apa yang dikatakan teks kepadaku?”. Sedangkan dalam berdoa kita bertanya: “Aku diajak teks mengatakan apa kepada Allah?”
Dalam langkah ketiga ini kita memberi tanggapan dan mengungkapkan di hadirat Allah, apa yang dibangkitkan dalam diri kita oleh Sabda yang telah kita renungkan. Berdoa adalah tanggapan yang muncul dari hati kita atas Sabda Tuhan. Doa ini dapat berupa permohonan, pujian, syukur atau penyesalan. Kita dapat mengungkapkan doa kita dalam suatu percakapan dengan Yesus atau Bapa, boleh juga kadang-kadang dengan Roh Kudus, secara spontan, seperti seorang sahabat yang berbicara dengan sahabatnya yang mengasihi dia, seperti yang diungkapkan Santa Teresa Avila. Percakapan ini hendaknya spontan, sederhana, wajar, tanpa dibuat-buat. Supaya tidak menjadi monolog, doa ini harus bermuara dalam kontemplasi.
III.4. Langkah Keempat: Kontemplasi (Contemplatio)
Bila pembacaan Sabda berulang-ulang meletakkan Sabda pada bibir kita, meditasi menempatkan Sabda dalam pikiran kita, berdoa menempatkan Sabda pada hati kita, maka dengan bantuan rahmat Tuhan, kontemplasi mengukirkan Sabda pada roh kita.
Kontemplasi berasal dari kata latin “contemplari”, yang berarti memandang. Doa kita berubah dari suatu percakapan menjadi suatu pandangan kasih dalam iman, dalam keheningan, tanpa kata-kata, tanpa gagasan. Bila pada awalnya saat-saat kontemplasi ini hanya singkat saja, lama kelamaan, bila kita setia, saat-saat itu dapat menjadi lebih panjang dan bila Tuhan berkenan, orang bahkan ditarik ke dalam keheningan yang besar dan keterserapan dalam Allah. Dalam keheningan dan kedamaian inilah Allah mencurahkan kasih dan kebijaksanaan-Nya. Walaupun demikian janganlah memaksa tinggal dalam keheningan itu bila tidak ditarik dari dalam, sebab kalau demikian keheningan itu menjadi kekosongan yang steril. Sebaliknya bila orang ditarik ke dalam keheningan dari dalam, janganlah takut, sebab itu sungguh suatu rahmat yang besar.
Kita bisa tetap diam tenang pada inti terdalam jiwa, menunggu, memandang dan merasakan kehadiranNya yang melampaui kata-kata. Kita berjumpa dengan Sang Sabda sendiri. Kita diangkat untuk mengenal Dia yang sudah lebih dulu mengenal kita sedalam-dalamnya. Kita diangkat untuk mencintai dan dicintai dalam kekuatan Roh yang berdoa di dalam diri kita. Dengan memasuki suatu cahaya yang baru kita mengalami transformasi. Kita telah sampai pada sumber air hidup dan diberi minum secara cuma-cuma dari Sang Penyelamat kita.
Bila kita mulai keluar lagi dari keheningan, artinya tidak terpusat lagi, kita dapat mulai lagi proses dari awal, dari langkah I dan seterusnya, atau dapat juga sekedar mengulang-ulangi nama Yesus.
IV. PENUTUP
Dalam melakukan Lectio Divina kita perlu kedisiplinan, ketenangan hati dan tentunya rahmat Tuhan sendiri. Hal terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Sabda melainkan banyak mencinta sebagaimana diucapkan Teresa Avila. Semoga melalui Lectio Divina kita semakin me-ngalami persatuan dengan Tuhan.
Sumber: PPAT1, Komunitas Tritunggal Mahakudus, www.holytrinitycarmel.com
St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus Rahasia 'Jalan Kecil'
St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus

Rahasia 'Jalan Kecil'

Oleh Suster Patricia Edward, FSP


Pernahkah
kamu mendengar tentang St. Theresia atau rahasianya? Tahukah kamu
mengapa banyak orang memilihnya sebagai santa sahabat mereka?
Mari kita cari jawabnya …
KISAH HIDUP THERESIA
Theresia Martin dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin.
Pasangan tersebut dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang
bertahan hidup hinga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan
semuanya menjadi biarawati!
Ketika Theresia
masih kanak-kanak, ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu,
mereka belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang.
Para dokter mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi
penyakit Nyonya Martin bertambah parah. Ia meninggal dunia ketika
Theresia baru berusia empat tahun.
Sepeninggal
isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di
mana kerabat mereka tinggal. Di dekat sana ada sebuah biara Karmel di
mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia.
Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya, Pauline, masuk
biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Pauline telah
menjadi "ibunya yang kedua", merawatnya dan mengajarinya, serta
melakukan semua hal seperti yang dilakukan ibumu untuk kamu. Theresia
sangat kehilangan Pauline hingga ia sakit parah. Meskipun sudah satu
bulan Theresia sakit, tak satu pun dokter yang dapat menemukan
penyakitnya. Ayah Theresia dan keempat saudarinya berdoa memohon bantuan
Tuhan. Hingga, suatu hari patung Bunda Maria di kamar Theresia
tersenyum padanya dan ia sembuh sama sekali dari penyakitnya!
Suatu ketika,
Theresia mendengar berita tentang seorang penjahat yang telah melakukan
tiga kali pembunuhan dan sama sekali tidak merasa menyesal. Theresia
mulai berdoa dan melakukan silih bagi penjahat itu (seperti menghindari
hal-hal yang ia sukai dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang kurang ia
sukai). Ia memohon pada Tuhan untuk mengubah hati penjahat itu. Sesaat
sebelum kematiannya, penjahat itu meminta salib dan mencium Tubuh Yesus
yang tergantung di kayu salib. Theresia sangat bahagia! Ia tahu bahwa
penjahat itu telah menyesali dosanya di hadapan Tuhan.
Theresia sangat
mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia
ingin masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya
dengan bekerja dan berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal dan
mengasihi Tuhan. Tetapi masalahnya, ia terlalu muda. Jadi, ia berdoa dan
menunggu dan menunggu dan berdoa. Hingga akhirnya, ketika umurnya lima
belas tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara
Karmelit di Liseux.
Apa yang
dilakukan Theresia di biara? Tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia
mempunyai suatu rahasia: CINTA. Suatu ketika Theresia mengatakan, "Tuhan
tidak menginginkan kita untuk melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita
mencintai-Nya." Jadi, Theresia berusaha untuk selalu mencintai. Ia
berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal
yang selalu mudah. Para suster biasa mencuci baju-baju mereka dengan
tangan. Seorang suster tanpa sengaja selalu mencipratkan air kotor ke
wajah Theresia. Tetapi Theresia tidak pernah menegur atau pun marah
kepadanya. Theresia juga menawarkan diri untuk melayani suster tua yang
selalu bersungut-sungut dan banyak kali mengeluh karena sakitnya.
Theresia berusaha melayani dia seolah-olah ia melayani Yesus. Ia percaya
bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Yesus. Mencintai
adalah pekerjaan yang membuat Theresia sangat bahagia.
Hanya sembilan
tahun lamanya Theresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit
tuberculosis (TBC) yang membuatnya sangat menderita. Kala itu belum ada
obat yang dapat menyembuhkan penyakit TBC. Dokter hanya bisa sedikit
menolong. Ketika ajal menjelang, Theresia memandang salib dan berbisik,
"O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!" Pada tanggal 30
September 1897, Theresia meninggal dunia ketika usianya masih duapuluh
empat tahun. Sebelum wafat, Theresia berjanji untuk tidak menyerah pada
rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari
surga. Sebelum meninggal Thresesia mengatakan, "Dari surga aku akan
berbuat kebaikan bagi dunia." Dan ia menepati janjinya! Semua orang dari
seluruh dunia yang memohon bantuan St. Theresia untuk mendoakan mereka
kepada Tuhan telah memperoleh jawaban atas doa-doa mereka.
SETELAH THERESIA WAFAT
Setelah wafat,
Theresia menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya "Kisah Suatu
Jiwa," yang diterbitkan satu tahun setelah wafatnya (di Indonesia
diterjemahkan dengan judul: 'Aku Percaya akan Cinta Kasih Allah').
Theresia dikanonisasi pada tahun 1925 oleh Paus Pius X. Ia dikenal
dengan sebutan Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus atau Santa Theresia
si Bunga Kecil. St. Theresia bersama-sama dengan St. Jeanne d'Arc
diberi gelar Pelindung Perancis. Selain itu St. Theresia bersama-sama
dengan St. Fransiskus Xaverius diberi gelar Pelindung Misionaris.
Baru-baru ini, tanggal 19 Oktober 1997, Theresia juga menjadi wanita
ke-3 yang diberi gelar Doktor Gereja. Kalian dapat mohon bantuannya
mengenai apa saja. Ia pernah berjanji akan melimpahi kita dengan
bunga-bunga mawar dari surga dan memang, sejak kematiannya banyak
mukjizat yang terjadi berkat bantuan doanya. Pestanya dirayakan setiap
tanggal 1 Oktober.
RAHASIA THERESIA : JALAN KECIL, JALAN KANAK-KANAK ROHANI
Theresia
seorang gadis yang sederhana dengan `jalan kecilnya' yang istimewa. Ia
menunjukkan bahwa kekudusan dapat dicapai oleh siapa saja betapa pun
rendah, hina dan biasanya orang itu. Caranya ialah dengan melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cinta kasih
murni kepada Tuhan. Kamu pun dapat menjadi kudus dengan cara-cara
sederhana seperti yang dilakukan oleh St. Theresia dengan jalan
kecilnya.
DOA
O Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
tolong petikkan bagiku sekuntum mawar
dari taman surgawi dan
kirimkan padaku dengan suatu amanat cinta.
O Bunga Kecil dari Yesus
mintalah kepada Allah hari ini
untuk menganugerahkan rahmat yang sangat kubutuhkan ………
(katakan kepada St. Theresia permohonanmu)
Santa Theresia, bantulah aku untuk senantiasa percaya
kepada belaskasih Allah yang sedemikian besar,
sebagaimana telah engkau wujudkan di dalam hidupmu,
sehingga aku boleh mengikuti 'Jalan Kecil'mu setiap hari.
Amin.
Sumber: Daughters of St. Paul, United States; www.daughtersofstpaul.com








Copy-Paste dari http://yesaya.indocell.net/id53.htm
merupakan terjemahan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Rabu, 09 Januari 2013
BUKU PEGANGAN PROGRAM PEMBINAAN ANGGOTA TAHAP I
Silahkan diklik dan didownload agar bisa dibaca setiap saat.
Tuhan Yesus memberkati...
http://xa.yimg.com/kq/groups/19070518/105601333/name/PPAT+1.pdf
Jika anda kesulitan membukanya, silahkan diblok seluruh link, klik kanan lalu Open Link in New Tab..
Selamat membaca...
Tuhan Yesus memberkati...
http://xa.yimg.com/kq/groups/19070518/105601333/name/PPAT+1.pdf
Jika anda kesulitan membukanya, silahkan diblok seluruh link, klik kanan lalu Open Link in New Tab..
Selamat membaca...
Langganan:
Postingan (Atom)